ads

Kamis, 25 Desember 2014

Gondok!




Hai kamu! Iya kamu..
Setiap kalimat yang terlontar memang manis
Cercaanmu akan kalimat memang asik
Otakku kau cuci dengan pandangan sebelah
Kau giring menuju lembah kemunafikan
Siasatmu sudah terbaca oleh sahabat kita
Dan aku muak...


Aku tak bisa diam saja kau tarik menuju jarak
Mulutmu memang terlalu indah menyiksa raga
Tertipu amat sangat memuliakan kata iya
Menghitam sudah namamu dalam hatiku
Padahal kau berasal dari jenis yang sama, lelaki..
Tapi otakmu ibarat panci di atas kompor tak berisi


Hanya tangki air yang bisa mengobati
Rontokkan keindahanmu saat menjadi samurai
Benar-benar aku memuji sambil lalu pasang aksi
Silahkan masuk bui bersanding dengan para kurcaci
Telah usai simpati ini saatnya kembali menjadi wali
Selamat jalan belati dukamu telah sampai di hati..

Selasa, 25 November 2014

#Puisi Sengaja Berbuat



Mulut berjalan
Kaki menantang jemari terkepal puas

Tembok pun retak

Bibir menyeringai 
Mata tertutup bayangan
Telingapun berdengung

Tubuhku makin berat

Kalimat terucap
Makna disingkap 
Tabiat sebentar lagi terungkap

Aku gaduh pada wacana

Maafkan aku sengaja
Matikan rasa yang tak seberapa
Mustinya kau merasa

Maklumat itu ku aniaya


#Puisi Sudah Waktunya


Assalamualaikum Pagi




Mentari sengaja datang lebih awal

Berhiaskan percikan sinar menyilaukan


Mematut diri dari pantulan yang membayang

Sungguh karunia Tuhan tak pernah lepas kesan


Diam itu janganlah merenung.

Ambil langkah perbaiki relung


Lihatlah cahayanya yang terang. 

Hati dan jiwapun kan berlinang


Selimuti raga dengan benderang. 

Bersenanglah dan jangan gamang


Ambil tindakan jangan hanya berangan. 

Hidup itu pastinya di ambang


Tinggal pilih suka atau tidak untuk berdendang. 

Mari kita menjelajah siang


#Puisi Ya, Kamu!




Nama Itu
Setengah hati kucoba mengalihkan 
bayangan aksaramu

Aku diam kamu resah
Aku marah kamu gundah
Aku menyapa kau pindahkan hati

Ini seni kita, tak usah menjauh
Selama malam masih gelap


Tadinya kan kulupa
Belum sanggup hening malam sendiri
Bukan atas rupa bukan pula raga

Hati ini bicara, ini kan yang perlu kau dengar
Sudahlah, malam menanti kita

Saat jeda sejenak biarkan lantas berlabuh denganku
Marah kita lucu, tidak usah berlalu

#Puisi Jawaban Hati


Gelap itu suaramu
Hatimu menuntun pada kisah tak jelas
Seksama cerita cuma kiasan

Kau mulai ragu?
Silahkan, silahkan rejam saja rasa itu
Tapi aku tahu jauh disudut terdalam ada nyanyian kasih terpatri

Kau bilang entah, itu pikiranmu yang berkata
Raba saja relung sanubari bercitrarasa, kau sanggup?

Kabar malam kemarin 
Menuntun jiwa 
Mendera 

Kemelut kau sengajakan
Buat apa? 
Sudah puas?
Atau malah tersiksa?

Singkap saja! Tersenyum dan sapa
Seseorang disudut malam sana.


Gabung Disini Yiuk!!